Amalan Remeh, Pahala Agung

Sinjai.Wahdah.Or.Id -- Pernahkah Anda mendengar kisah seorang muslimah yang melakukan amalan sederhana—begitu sederhana hingga nyaris tak dipandang oleh kebanyakan orang—namun justru mendapat kemuliaan di sisi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam?

Diceritakan dalam sebuah hadits, ada seorang wanita tua berkulit hitam yang setiap hari mengabdikan dirinya untuk membersihkan masjid, tempat kaum muslimin beribadah. Amalan yang mungkin tampak kecil, sepele, dan tak berarti di mata manusia. Bukan puasa, bukan shalat berjamaah, bukan pula jihad di medan laga. Namun, bagi wanita ini, membersihkan rumah Allah adalah bentuk pengabdian tanpa pamrih.

Ia tidak pernah mempermasalahkan apakah yang ia lakukan akan diingat atau diapresiasi. Ia terus melakukannya dengan sepenuh hati, tanpa diminta, tanpa disuruh, dan tanpa mengharap pujian. Mungkin kita bertanya: "Apa pentingnya pekerjaan ini dalam membangun kejayaan Islam?" Tapi justru di sanalah letak keistimewaannya.

Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah, disebutkan bahwa wanita ini, yang oleh sebagian ulama disebut sebagai Ummu Mahjan, tiba-tiba tak terlihat lagi di masjid. Rasulullah pun menyadari ketidakhadirannya dan bertanya kepada para sahabat, "Kemana wanita yang biasa membersihkan masjid itu?"

Para sahabat menjawab bahwa ia telah meninggal dunia pada malam sebelumnya. Mereka tidak sempat memberitahu Rasulullah karena beliau tengah beristirahat dan mereka menganggap tak layak mengganggunya hanya untuk memberitahukan wafatnya seorang wanita yang tak dikenal. Namun reaksi Rasulullah sangat mengejutkan—beliau tampak kecewa dan segera menanyakan letak kuburannya.

Tanpa menunda, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam pun pergi ke sana dan menshalatkan jenazahnya. Sungguh sebuah penghormatan luar biasa dari Rasulullah untuk seorang wanita sederhana yang hanya melakukan tugas kecil—membersihkan masjid. Tidak semua sahabat mendapatkan perlakuan istimewa seperti ini. Bukankah ini menjadi bukti betapa mulianya amalan yang tampak sepele di mata manusia, namun agung di sisi Allah dan Rasul-Nya?

Pelajaran Berharga

Saudaraku yang dirahmati Allah, dari kisah ini kita bisa mengambil dua pelajaran penting.

Pertama, tidak ada kata terlambat untuk beramal sholeh. Usia bukanlah penghalang untuk berkontribusi di jalan Allah. Lihatlah wanita tua itu—meski raganya telah renta, ia tetap semangat membersihkan rumah Allah sebagai bentuk cinta dan pengabdian.

Kedua, jangan pernah meremehkan amal kecil. Mungkin kita bukan penceramah yang mampu menggugah ribuan hati. Mungkin kita bukan Hafizh Qur’an yang bacaan indahnya menggetarkan jiwa. Mungkin kita bukan guru agama yang mengajarkan Al-Qur’an dan hadits.

Namun bisa jadi kita adalah orang yang dengan setia mengangkat meja pengajian, menempel poster dakwah, atau sekadar menjadi tukang parkir dalam majelis ilmu. Ingatlah, Allah tidak menilai besar kecilnya amal dari bentuknya semata, tetapi dari niat dan keikhlasan yang mengiringinya.

Jangan minder, jangan lelah. Teruslah berkontribusi. Meski kecil, meski tak terlihat, bisa jadi itulah amalan yang akan memberatkan timbangan kebaikan kita di akhirat nanti.

Penulis: Muh Ilham Anugrah Bayu