Sinjai.Wahdah.Or.Id -- Darah yang mengalir adalah najis menurut kesepakatan para ulama. Hal ini ditunjukkan oleh dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
قُلْ لَّآ أَجِدُ فِيْ مَآ اُوْحِيَ اِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلٰى طَاعِمٍ يَّطْعَمُهٗٓ اِلَّآ اَنْ يَّكُوْنَ مَيْتَةً اَوْ دَمًا مَّسْفُوْحًا اَوْ لَحْمَ خِنْزِيْرٍ فَاِنَّهٗ رِجْسٌ اَوْ فِسْقًا اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖۚ
"Katakanlah, 'Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali (daging) hewan yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi karena ia najis, atau yang disembelih secara fasik (dengan menyebut nama selain Allah).'"
(QS. Al-An’am: 145)
Ayat ini menunjukkan bahwa darah yang mengalir adalah najis, dan hal ini merupakan ijma' (kesepakatan) para ulama.
Dalam Tafsir al-Baghawi, Abdullah bin Abbas berkata:
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: يُرِيدُ مَا خَرَجَ مِنَ الْحَيَوَانِ، وَهُنَّ أحياء وَمَا يَخْرُجُ مِنَ الْأَوْدَاجِ عِنْدَ الذَّبْحِ
(Berkata Ibnu Abbas: yang dimaksud adalah darah yang keluar dari hewan dalam kondisi hidup dan yang keluar dari pembuluh darah saat disembelih).
(Tafsir al-Baghawi, Juz 2, hlm. 166)
Dalil lain adalah hadits dari Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu:
جَاءَتْ امرَأَةٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ : إِحْدَانَا يُصِيبُ ثَوْبَهَا مِنْ دَمِ الْحَيْضَةِ كَيْفَ تَصْنَعُ بِهِ ؟ قَالَ : تَحُتُّهُ ثُمَّ تَقْرُصُهُ بِالْمَاءِ ثُمَّ تَنْضَحُهُ ثُمَّ تُصَلِّي فِيهِ
(Seorang wanita datang kepada Nabi ﷺ dan berkata: "Salah satu dari kami pakaiannya terkena darah haid, apa yang harus dilakukan?" Beliau menjawab: "Keriklah darah itu, lalu gosok dengan air, lalu bilas. Setelah itu, shalatlah dengan pakaian itu.")
(HR. Bukhari no. 227 dan Muslim no. 291)
Pembagian Darah Menurut Hukumnya
A. Darah yang Najis
1. Najis yang Tidak Dimaafkan Sama Sekali
-
Darah yang keluar dari dua lubang (kemaluan dan dubur).
-
Darah bangkai dari hewan yang tidak halal dimakan.
2. Najis yang Dimaafkan Jika Sedikit
-
Darah manusia (menurut sebagian ulama).
-
Darah dari bangkai hewan yang halal dimakan.
-
Sisa darah dalam tubuh hewan setelah disembelih syar’i.
Ukuran Najis yang Dimaafkan (Perbedaan Pendapat Ulama):
a. Sebesar Dirham
Dalam al-Inayah Syarh al-Hidayah, Akmaluddin al-Babarti berkata:
وَقَدْرُ الدِّرْهَمِ وَمَا دُونَهُ مِنَ النَّجَسِ الْمُغَلَّظِ كَالدَّمِ وَالْبَوْلِ وَالْخَمْرِ وَخَرْءِ الدَّجَاجِ وَبَوْلِ الْحِمَارِ جَازَتِ الصَّلَاةُ مَعَهُ، وَإِنْ زَادَ لَمْ تَجُزْ
(Najis berat seperti darah, kencing, khamar, kotoran ayam, dan kencing keledai, jika ukurannya sebesar dirham atau kurang maka shalat tetap sah. Namun jika lebih, maka tidak sah.)
(al-Inayah, Juz 1, hlm. 202)
b. Tidak Terlihat oleh Pandangan Mata
Imam An-Nawawi rahimahullah menyatakan:
وَكَذَا فِي قَوْلٍ: نَجَسٌ لَا يُدْرِكُهُ الطَّرْفُ، قُلْتُ: ذَا الْقَوْلُ أَظْهَرُ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ
(Najis yang tidak terlihat oleh mata dimaafkan. Pendapat ini lebih kuat. Wallahu a’lam)
(al-Minhaj, Juz 1, hlm. 59–60)
c. Tidak Dimaafkan Sekecil Apapun
Dalam Kasyaf al-Qina’, al-Buhuti mengatakan:
وَلَا يُعْفَى عَنْ يَسِيرِ نَجَاسَةٍ وَلَوْ لَمْ يُدْرِكْهَا الطَّرْفُ، أَيْ الْبَصَرُ، كَالَّذِي يَعْلَقُ بِأَرْجُلِ الذُّبَابِ وَنَحْوِهِ، لِعُمُومِ قَوْلِهِ تَعَالَى: (وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ)
(Tidak dimaafkan sedikit pun najis, walaupun tidak terlihat oleh mata seperti najis yang menempel di kaki lalat, karena keumuman firman Allah: "Dan pakaianmu sucikanlah."
(QS. Al-Muddatsir: 4)
B. Darah yang Suci
1. Darah Ikan
Darah ikan suci karena bangkai ikan halal. Rasulullah ﷺ bersabda:
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: "هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ، الْحِلُّ مَيْتَتُهُ"
(Beliau bersabda: "Air laut itu suci, dan bangkai hewannya halal.")
(HR. Abu Daud, Juz 1, no. 83)
2. Darah Hewan yang Tidak Mengalir
Misalnya darah lalat, nyamuk, kutu. Dalilnya hadits:
إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِي إِنَاءِ أَحَدِكُمْ، فَلْيَغْمِسْهُ كُلَّهُ، ثُمَّ لِيَطْرَحْهُ، فَإِنَّ فِي أَحَدِ جَنَاحَيْهِ شِفَاءً، وَفِي الْآخَرِ دَاءً
(Jika lalat jatuh ke dalam minuman salah satu dari kalian, maka celupkanlah seluruh tubuhnya, lalu buang, karena salah satu sayapnya terdapat obat dan yang lain penyakit.)
(HR. Bukhari no. 5782)
3. Darah yang Menggumpal (Hati, Limpa, dll.)
Organ seperti hati dan limpa tidak najis karena darahnya tidak mengalir.
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: يُرِيدُ مَا خَرَجَ مِنَ الْحَيَوَانِ، وَهُنَّ أَحْيَاء، وَمَا يَخْرُجُ مِنَ الْأَوْدَاجِ عِنْدَ الذَّبْحِ، وَلَا يَدْخُلُ فِيهِ الْكَبِدُ وَالطِّحَالُ، لِأَنَّهُمَا جَامِدَانِ، وَقَدْ جَاءَ الشَّرْعُ بِإِبَاحَتِهِمَا، وَلَا مَا اخْتَلَطَ بِاللَّحْمِ مِنَ الدَّمِ، لِأَنَّهُ غَيْرُ سَائِلٍ
(Yang dimaksud darah yang najis adalah yang keluar dari hewan hidup dan dari pembuluh saat disembelih. Tidak termasuk hati dan limpa karena keduanya padat, dan telah dihalalkan oleh syariat. Darah yang bercampur dengan daging juga tidak termasuk najis karena tidak mengalir.)
(Tafsir al-Baghawi, Juz 2, hlm. 166)
Kesimpulan
-
Darah yang mengalir adalah najis, berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah serta ijma’ ulama.
-
Namun tidak semua darah najis. Darah ikan, serangga kecil, dan organ padat seperti hati dan limpa tidak dianggap najis.
-
Dalam hal najis yang sedikit, terdapat khilaf di kalangan ulama, antara yang memaafkan jika kecil dan yang tidak memaafkan sama sekali namun pendapat Al Imam An Nawawi bahwa darah dimaafkan selama tidak terlihat oleh pandangan mata lebih di kuatkan.
Wallahu a’lam.
✍️ Ditulis oleh:
Ustaz Fadli Aiman, S.H., M.H.
Ketua Yayasan Pendidikan Al-Islami (YPAIS) Wahdah Islamiyah Sinjai
Da’i Kementerian Agama Kabupaten Sinjai (PAI)